Rabu, 28 Januari 2015

Journey to Pemancingan Mang Ajo



Saat papah berkunjung ke Cikarang untuk check up post pemasangan stent, kami juga memanfaatkan waktu bersama untuk pergi memancing.  Kami memancing di salah satu tempat pemancingan terkenal di daerah Karawang. Tempat pemancingan itu terdiri dari beberapa kolam besar dan beberapa kolam sedang yang dikelilingi oleh pendopo2 kecil yang dimanfaatkan untuk duduk2 sekeluarga. Kami memilih salah satu pendopo yang cukup strategis, dekat dengan kolam tapi juga tidak terlalu terpencil. Beruntung kami datang lebih pagi, sehingga bisa memilih posisi yang nyaman, klo datang siangan bisa jadi dapat tempat yang kurang nyaman. Kami tidak memilih kolam yang besar, kami memilih kolam dengan ukuran sedang, yang berisi ikan mujair. Kami membawa satu pancingan, buat papah dan membeli 4 lagi pancingan untuk kami, pancingan tersedia di sana dengan harga terjangkau. Sebelum kami menuju pemancingan, kami sudah membeli cacing tanah dulu untuk umpan, dan cacing ternyata makanan yang menggiurkan bagi ikan2 itu. Ikan pertama kami didapat dari memakan umpan dari pancingan papah, tidak lama tarik menarik dengan papah, akhirnya ikan menyerah, berhasil. Suami saya juga tidak mau kalah, umpannya juga berhasil dimakan ikan. Tapi yang mengherankan, beberapa orang yang ada di dekat kami terlihat susah mengalami strike dengan ikan, bahkan ada beberapa yang melihat kami dan terheran2 karena seringnya kami strike. Hingga waktu makan siang, sudah 7 ekor ikan yang kami tangkap. Makan siang kami pesan dari rumah makan Mang Ajo juga, dengan menu yang masih berhubungan dengan ikan. Alhamdulillah nikmatnya, dengan harga yang terjangkau pula. Di rumah makan ini ditawari mau menggunakan ikan yang kami tangkap atau dari ikan yang mereka sediakan. Kami memutuskan ikan yang ditangkap untuk dibawa pulang saja.



Selesai makan, sudah mulai banyak orang, umpan cacing tanah kami sudah habis, tersisa umpan jangrik. Kami melanjutkan mancing lagi, tapi kali ini kami tidak terlalu beruntung, setelah lama, akhirnya hanya tambahan 3 ikan yang kami dapatkan. Karena pemancing di kolam sudah mulai padat, orang2 juga sangat ramai, dan kami sudah cukup gerah dan cape, jadi kami memutuskan untuk pulang. Ikan yang kami tangkap ditimbang, dan kami membayar ikan sesuai dengan yang kami tangkap. Tidak ada tiket masuk pemancingan, tapi setiap ikan yang keluar dari pemancingan ini dihitung, dengan harga yang wajar, hampir sama dengan ikan mujair di pasar, bedanya ikan ini kita pancing sendiri. Dan di rumah ikan itu dijadikan kuah asam made by suamiku dan papah mengakui kenikmatannya, nambah terus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar