Saat papah berkunjung ke Cikarang
untuk check up post pemasangan stent, kami juga memanfaatkan waktu bersama
untuk pergi memancing. Kami memancing di
salah satu tempat pemancingan terkenal di daerah Karawang. Tempat pemancingan
itu terdiri dari beberapa kolam besar dan beberapa kolam sedang yang
dikelilingi oleh pendopo2 kecil yang dimanfaatkan untuk duduk2 sekeluarga. Kami
memilih salah satu pendopo yang cukup strategis, dekat dengan kolam tapi juga
tidak terlalu terpencil. Beruntung kami datang lebih pagi, sehingga bisa
memilih posisi yang nyaman, klo datang siangan bisa jadi dapat tempat yang
kurang nyaman. Kami tidak memilih kolam yang besar, kami memilih kolam dengan
ukuran sedang, yang berisi ikan mujair. Kami membawa satu pancingan, buat papah
dan membeli 4 lagi pancingan untuk kami, pancingan tersedia di sana dengan
harga terjangkau. Sebelum kami menuju pemancingan, kami sudah membeli cacing
tanah dulu untuk umpan, dan cacing ternyata makanan yang menggiurkan bagi ikan2
itu. Ikan pertama kami didapat dari memakan umpan dari pancingan papah, tidak
lama tarik menarik dengan papah, akhirnya ikan menyerah, berhasil. Suami saya
juga tidak mau kalah, umpannya juga berhasil dimakan ikan. Tapi yang
mengherankan, beberapa orang yang ada di dekat kami terlihat susah mengalami
strike dengan ikan, bahkan ada beberapa yang melihat kami dan terheran2 karena
seringnya kami strike. Hingga waktu makan siang, sudah 7 ekor ikan yang kami
tangkap. Makan siang kami pesan dari rumah makan Mang Ajo juga, dengan menu
yang masih berhubungan dengan ikan. Alhamdulillah nikmatnya, dengan harga yang
terjangkau pula. Di rumah makan ini ditawari mau menggunakan ikan yang kami
tangkap atau dari ikan yang mereka sediakan. Kami memutuskan ikan yang
ditangkap untuk dibawa pulang saja.
Selesai makan, sudah mulai banyak
orang, umpan cacing tanah kami sudah habis, tersisa umpan jangrik. Kami
melanjutkan mancing lagi, tapi kali ini kami tidak terlalu beruntung, setelah
lama, akhirnya hanya tambahan 3 ikan yang kami dapatkan. Karena pemancing di
kolam sudah mulai padat, orang2 juga sangat ramai, dan kami sudah cukup gerah
dan cape, jadi kami memutuskan untuk pulang. Ikan yang kami tangkap ditimbang,
dan kami membayar ikan sesuai dengan yang kami tangkap. Tidak ada tiket masuk
pemancingan, tapi setiap ikan yang keluar dari pemancingan ini dihitung, dengan
harga yang wajar, hampir sama dengan ikan mujair di pasar, bedanya ikan ini
kita pancing sendiri. Dan di rumah ikan itu dijadikan kuah asam made by suamiku
dan papah mengakui kenikmatannya, nambah terus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar