Senin, 19 Januari 2015

Journey to Cirata


Wisata ke danau ternyata cukup menarik. Saya, (calon) suami dan kakak ipar sekeluarga awalnya mau mencari tempat makan. Berhubung kita lagi liburan di purwakarta, akhirnya kita putuskan kita makan di Cirata saja, sekalian menikmati pemandangan. Terus terang ini pertama kalinya saya wisata ke danau cirata. Selain berfungsi sebagai bendungan, danau cirata juga dijadikan obyek wisata dan dimanfaatkan juga sebagai tempat memancing.

Kami berangkat dari Purwakarta sekitar jam 9 pagi. Perjalanan ke danau cirata tidak terlalu jauh, sekitar 1 jam perjalanan kita sudah sampai di bendungan cirata, menyisir danau, sampai kita temukan tempat parkir dan saung2 yang tersedia di pinggir danau. Tinggal mencari posisi saung yang kosong dan nyaman. Karena kami datang pada saat liburan, agak susah mendapatkan saung kosong yang sesuai. Alhamdulillah, ternyata ketemu juga saung yang pas. Saung2 ini dikelola oleh banyak orang, yang juga menyediakan makanan. Jadi, ada warung2 makan kecil yang masing2 memiliki 2 – 3 saung, jadi kalau kita mau memesan makanan harus di tempat yang saungnya kita tempati.  Kalau diliat dari keakraban para pemilik warung makan itu, sepertinya mereka masih memiliki hubungan kekerabatan.

Menu makanannya juga tidak banyak variasinya, nasi liwet, lalapan dan sambalnya, yang pastinya ikan, bisa dibakar ataupun digoreng. Yang menarik disini, ikan yang kita pesan diambil langsung dari danau, dibersihkan, baru dimasak, mungkin itu yang membuat makanannya butuh waktu cukup lama untuk dihidangkan. Saya sarankan kalau mau makan disini, jangan dalam keadaan perut lapar. Sambil menunggu makanan ayo kita foto2.



Saat makanan dihidangkan saya agak terkejut. Pertama datang adalah teh tawar hangat yang sudah dituang didalam 5 gelas, ok, lalu datang panci berisi nasi yang baunya harum, hmm, lalu datanglah ikan2 pesanan kita, hore, dan yang terakhir datanglah nyiru besar yang ditutupi daun pisang, hah? (calon) suami akhirnya menjelaskan bahwa cara makan seperti ini adalah salah satu dari budaya orang sunda, mayoran, jadi makan bareng2 di atas satu nyiru, dan cocoknya makan pakai tangan, tidak pakai sendok. Wow, ini cukup menarik dan menyenangkan. Sayangnya karena saking terkejut saya lupa mengambil fotonya.

Kejutan lain menanti, ternyata nasi timbel yang kita makan ada teri di didalamnya, pantas saja baunya harum, ikan yang dihidangkan sangat segar, jadi terasa enak. Walaupun cara makannya tidak biasa, tapi tidak ada salahnya mengulangi pengalaman yang sama. Dengan makan seperti ini terasa sekali kekeluargaannya, dan saya membuat filosofi sendiri, bahwa disaat kita mendapatkan rezeki, ingatlah untuk tidak rakus, karena ada hak orang lain yang ada di dalam rezeki kita.


Kurang lebih gambarannya seperti diatas, foto diambil dari web

Selesai makan, free time, angin danau ternyata kencang juga, walaupun tengah hari, tapi panasnya tidak terasa, awan juga agak mendung jadi tidak perlu berlindung.
  

Hmm, sudah sampai di danau cirata, sepertinya asyik juga jalan2 di tengah danau dengan perahu, keponakan juga tertarik banget, akhirnya jadilah kami menyewa sebuah perahu untuk jalan2 di danau cirata.



Setelah mengitari danau sekitar 15 menit, kami menyelesaikan liburan kami di danau cirata dan kembali ke purwakarta. Perut dalam keadaan kenyang, masih terbuai angin sepoi2 pinggir danau kantuk pun datang, sepanjang perjalanan pulang saya sudah tidak memeperhatikan, kantuk mulai mempengaruhi kesadaran, tidak terasa sampailah kami di purwakarta. Alhamdulillah.

Note: tambahan foto2 yang diambil dari web, mudah2an lebih membantu menggambarkan keadaan Danau Cirata.
 

Wisata kami ke Cirata ini waktu tahun 2010, mungkin ada beberapa perubahan baru yang ada di Danau Cirata, jadi mungkin tidak update, hanya saja baru bisa saya publikasikan sekarang.
Mudah2an bermanfaat..semangat liburan *\\(^.-)//*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar