Kamis, 26 Maret 2015

Journey to Kuala Lumpur – day 1

Home – (Soekarno-Hatta) – KLIA 2 – Hotel Bangi Putrajaya – Masjid Putra

Alhamdulilah, tanggal 9 November pun tiba, sesuai dengan tanggal yang tertera dalam tiket Lion Air kami, hari ini kami rencana akan jalan2 ke KL. Rencana liburan ini bisa dikatakan cukup mendadak. Sebenarnya papah ada seminar di KL, dan tercetus lah ajakan untuk mengajak saya dan suami untuk ikut, tujuannya untuk jalan2..hehe. Tiket pun baru kami beli 1 minggu sebelum keberangkatan, karena menyesuai dengan penerbangan yang digunakan papah dan teamnya dari UNPAR. Awalnya saya sempat ragu, kira2 masih dapat tidak ya tiket yang murah. Alhamdulillah, ternyata masih ada tiket yang terjangkau, walaupun tidak semurah tiket Air Asia saat sedang promo, tapi saya rasa harga 400ribuan untuk tiket jalan2 ke luar negeri cukup murah (lebih murah daripada tiket ke palangkaraya/ manado). Total biaya tiket PP (Jkt – KL – Jkt) saya dan suami hanya sebesar Rp. 1.630.000,- sudah termasuk lain2 dan bagasi 15kg, Alhamdulillah. Jadwal penerbangan jam 11.40, paling tidak 3 jam sebelum keberangkatan sudah harus di bandara, awalnya saya dan suami anggap enteng, masa sih 3 jam, 1 jam aja sempet keles..hehe (agak sok tahu juga..hihi).



Karena kami memang mau bertemu dengan papah dan team di bandara, jadi saya dan suami berangkat sebelum jam 08.00 dari rumah, titip motor di penitipan, dan menunggu Damri yang dari Cikarang, di dekat pintu tol, perkiraan jam 9an sudah di bandara, terminal dua. Tidak terlalu meleset dari perkiraan. Kami tiba jam sembilan lewat, dan langsung menuju tempat check in, disini kami hanya bayar pajak bandara untuk penerbangan luar negeri sebesar Rp.150.000,- tidak perlu visa dan bebas fiscal untuk ke Malaysia. Papah dan teamnya sudah check in, dan masalah pun muncul. Rencana ade saya dan temannya akan ikut juga, tapi ternyata paspor teman ade saya satu bulan lagi expired, jadinya pihak lionnya tidak mengijinkan untuk berangkat. “ini WAJIB diingat dan diperhatikan: PASPOR SEBELUM 6 BULAN EXPIRED HARUS SUDAH DIGANTI” memang susah juga mau mempersalahkan siapa, yang pasti si pemilik paspor harus aware, tapi si penjual tiket pun harusnya tahu dan memperingatkan sebelumnya. Lama melobi kesana kesini, tapi tetap saja tidak bisa, kalau pun diijinkan, pihak imigrasi Malaysia tidak akan mengijinkan masuk, mungkin akan langsung dideportasi, dan melewati banyak proses lainnya yang akan bikin tambah besar masalah. Akhirnya, diputuskan saja, ade saya dan temannya tidak jadi berangkat. Sudah hampir jam 10, kami terburu2 untuk menuju ruang tunggu keberangkatan, awalnya saya dan suami santai2 saja, tapi ternyata kenapa dibutuhkan buru2, dari tempat check in itu, kami berhenti di banyak tempat, antri di imigrasi, antri di pemeriksaan tas bawaan, mendekati ruang tunggu ada lagi antri pemeriksaan tas, dan barang2 berbahaya, termasuk tidak boleh membawa cairan > 100 ml, ayo minumannya dihabisin dulu..hehe. sampai di ruang tunggu, papah dan teamnya sarapan buru2 (dari palangkaraya belum sarapan, penerbangan jam 6 pagi). Tidak lama selesai makan, jam 11 kami dipanggil untuk boarding. Waktu boardingnya masih 1 jam sebelum take off, ternyata penumpangnya banyak, dan pesawatnya pun tidak parkir di dekat ruang tunggu, kami masih harus naik bis lagi menuju parkiran pesawatnya. Selesai dengan semua proses bagasi dan menunggu penumpang2 yang masih tertinggal, tepat jam 11.40 pesawat take off. Penerbangan cukup menyenangkan, sedikit goncangan terasa, saya sedikit gelisah (karena sudah lama tidak naik pesawat..hehe), penerbangan 1 jam 50 menit berlangsung lancar dan selamat mendarat di bandara KLIA 2, Alhamdulillah.

Beda waktu di kl hanya 1 jam lebih cepat dari Jakarta, kami tiba pukul 15.00 waktu kl. Setelah melewati proses imigrasi yang tidak terlalu ribet kami masuk ke terminal dan disambut dengan mini mal, yang menjual minuman beralkohol dan rokok yang harganya sepertinya wow (kira2 sih). Sambil menunggu suami mengambil bagasi, foto2 dulu ahh.





Selesai mengambil bagasi, kami ke counter taksi, dan memesan taksi untuk 9 orang menuju hotel Bangi Putrajaya, harganya 167 RM (600ribuan, mahal bingitz). Di KL peraturan penumpang sangat ketat, untuk taksi sedan itu hanya boleh diisi oleh 4 orang dan untuk minivan itu hanya 9 orang, tidak boleh diisi lebih dari itu,baik petugas maupun supirnya sangat patuh terhadap peraturan itu, untuk kebaikan bersama (^.^) hehe.
Perjalanan dari KLIA2 ke hotel ternyata tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, kanan kiri masih terlihat kebun sawit, perumahan sederhana. Ternyata cukup jauh juga ke Hotel Bangi Putrajaya, kami memilih taksi, karena tidak ada angkutan lain yang menuju ke hotel tersebut. Sampai juga di hotel Bangi Putrajaya,  hotelnya luas, suasananya masih asri, karena kanan kiri masih banyak pohon besar. Check in membutuhkan waktu cukup lama, karena resepsionisnya menggunakan English, ditambah lagi ternyata harus ada deposit yang ditaruh di hotel tersebut. Terpaksa uang ringgit yang saya sudah tukar di Cikarang pun terpakai untuk deposit 900RM (3 jutaan lebih). Setelah administrasi selesai, akhirnya sampai juga di kamar.



Saya langsung semangat untuk memulai petualangan, tapi sepertinya suami kecapean, mungkin dia lapar..hehe, dan kami memang belum shalat dzhur, ashar dan makan siang. Itu yang membuat dia selalu bĂȘte, kalau shalat belum ditunaikan. Alhamdulillah untuk imam yang baik ini ya, Allah. Kami turun ke lobi hotel untuk menanyakan mushala, tapi tidak ada yang mengerti akhirnya kami menemukan juga bahasa melayu untuk Praying room is “surau”, kenapa ga kepikiran yaa..hehe. Selesai shalat, saya dan suami meluncur ke daerah Putrajaya untuk menuju Masjid Putra dan wisata kuliner disana. Ongkos taksi ke Masjid Putra sukup mahal 40 RM, tapi demi keinginan foto2 di sana tak apa2 lah J sampai di daerah Masjid Putra macet, akhirnya saya dan suami jalan kaki menuju ke Masjid Putra, sambil foto2.







Azan maghrib berkumandang, hmm..walaupun sudah buru2 tapi tetap saja tidak sempat ikut shalat berjamaah. Alhamdulillah kesampaian juga masuk ke dalam lingkungan Masjid Putra ini, seingat saya, waktu tahun 2004 saya ke tempat ini, yang bisa masuk masjid hanya yang mau shalat, jadi hanya bisa melihat dan foto2 dari luar saja. Waktu saya kemaren kesana, ternyata semua bisa masuk, hanya saja yang auratnya masih terlihat disediakan jubah untuk bisa masuk dan berfoto di pelataran masjid yang cantik itu. Selesai shalat maghrib, foto2 lagi..hehe.


Suamiku sepertinya kecapean berfoto.. ayo makan..hehe

Masjid ini terletak di samping sungai buatan yang cantik, dimana kita dapat melihat jembatan gantung yang cantik dari pinggir sungai. Sayangnya saya dan suami tertinggal kamera yang bagus, dan kamera hp kurang support untuk menangkap pemandangan2 indah tersebut. Di samping masjid ada jalan untuk menuju ke bawah, dimana ada pertokoan2 dan beberapa rumah makan. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk makan di restoran India dengan berbagai macam menu. Mungkin kalau di Indonesia lebih mirip warung Padang. Pilihan nasinya ada 2, nasi putih dan nasi Briani, lauknya ada ayam, ikan, cumi, udang, sayurnya serba santan dan minuman yang macam2. Akhirnya pilihan kami jatuh pada nasi briani + ayam + cumi + sayur kayak acar kuning gitu (kol ma temen2nya), nasi putih + ayam + sayuran campur, ditambah minuman es teh tarik 2, om..  semuanya 26 RM..bungkus. Rasa bumbunya kurang lebih sama dengan di Indonesia, jadi lidah ga begitu kaget, yang agak berbeda memang nasi brianinya. Awalnya saya dan suami sedikit berdebat, ini mi yang dipotong atau apa, ternyata rasanya memang nasi, tapi bentuknya panjang hampir menyerupai mi/ bihun yang dipotong2 pendek. Juaranya tetaplah teh tarik, walaupun sering minum teh tarik di cikarang, tapi bikinan aslinya memang berbeda.



Selesai makan, kami jalan2 di pinggir sungai, sambil menunggu waktu Isya






Selesai Shalat Isya, saya dan suami jalan2 di sekitar Dataran Putra sambil melihat2 kalau2 ada taksi yang bisa dibooking untuk pulang. Berhubung kami datang pada saat libur, jadi dataran putra dipenuhi oleh orang2 yang jualan mainan dan penyewaan roller blade, sepeda, skuter, anak2 yang asyik bemain, orang tua yang asyik ngobrol dan turis2 yang asyik berfoto, termasuk kami..hehe.




Jam 21.00 kami memutuskan untuk pulang, agak susah mencari taksi, tapi Alhamdulillah kami bertemu pak cik supir taksi yang baik hati mau mengantarkan kami ke Hotel Bangi Putrajaya sebentar. Sebenarnya dia sudah dibooking, tapi kliennya masih mau jalan2 dulu, jadinya kami boleh pakai sebentar taksi itu.. Alhamdulillah kami dimudahkan sekali. Lain kali jangan lupa simpan nomor supir taksi biar bisa dihubungi sewaktu-waktu. Sebelum sampai hotel kami mengambil uang di ATM, wah ternyata atm bersama bisa dipakai, kami menarik 500 RM, potongannya hanya 25ribu, sementara nilai tukarnya mengikuti yang seharusnya, buat saya termasuk murah. Finally sampai juga di hotel..cape, ngantuk dan puas..


Alhamdulillah for beautifull 1st day.








Rabu, 25 Maret 2015

Pengurusan Paspor


Akhir Oktober, saya dan suami mengurus paspor untuk persiapan liburan di kuala lumpur. Ini seperti KTP saat kita lagi di negeri orang. Ini ketiga kalinya saya membuat paspor. Yang 1st saya hanya tahu beres, papah yang urus. Yang 2nd urus sendiri dan ribetnya bukan main, karena waktu itu saya masih kuliah di Manado, jadi saya membuat Kartu Keluarga sendiri dengan saya sendiri sebagai anggota keluarganya, costnya jangan ditanya, walaupun urus sendiri, tapi ini itunya bikin costnya membengkak. Pengurusan paspor ketiga ini saya urus dengan suami. Awalnya, saya browsing dulu, melihat pengalaman2 orang lain bikin paspor. Alhamdulillah, ternyata sekarang paspor bisa dibuat secara online, prosesnya cepat, dan tidak ada biaya ini itu yang tidak jelasnya. Pada saat pendaftaran online, saya hanya mengisi biodata, setelah dikonfirmasi, nanti akan keluar petunjuk untuk penyetoran di bank sebesar Rp. 355.000,- setelah kita melakukan penyetoran di BNI, dengan sendirinya kita diarahkan untuk memilih waktu dan kantor imigrasi tempat pembuatan paspor kita, saran saya pilihlah yang terdekat. Saat saya mendaftar sudah tidak mengupload data, tapi pihak imigrasinya akan mengemail form yang harus kita isi, beserta berkas2 yang harus kita bawa. Pastikan semua data kita memiliki informasi yang sama, mengenai nama, tanggal lahir, informasi keluarga, terutama KTP dan Kartu Keluarga. Saran saya fotokopi saja semua form dan berkas2 tersebut beberapa rangkap, dan dibawa saat kita ke kantor Imigrasi. Datanglah lebih pagi ke kantor Imigrasi, karena kalau kita kesiangan sedikit antriannya akan semakin panjang, seperti kantor Imigrasi Bekasi yang saya datangi. Saya dan suami saja yang sudah datang 1 jam lebih cepat dari buka loketnya masih harus mengantri 2 jam. Alhamdulillah, jam 10 selesai wawancara dan foto, paspor diambil lagi setelah 3 hari kerja. Selama data kita benar, prosesnya berlangsung lancar dan cepat, untuk suami istri proses pengambilan paspornya bisa diwakilkan, dengan membawa bukti pengambilan.

Untuk pendaftaran paspor online tinggal klik link berikut www.imigrasi.go.id dan ikuti petunjuk yang ada di web tersebut ya.


Kamis, 19 Maret 2015

Journey to Kawah Putih

Mal Paris Van Java dan Bebek Goreng Ali (samping RS Baromeus), Bandung

Akhir Agustus, adekku yang “guanteng” rian, ike dan sepupunya datang “berkunjung” ke cikarang. Sebenarnya sih cuma numpang nginap, berhubung saya dan suami kerja, jadinya mereka menyusun rencana liburan sendiri. Hari Sabtu-nya baru saya dan suami mengajak mereka jalan2. Karena keadaan keuangan terbatas, jadinya saya dan suami mengajak ade2 ke tempat wisata yang bagus dengan harga yang terjangkau. Kami berencana untuk ke Kawah Putih, berhubung saya dan suami juga belum pernah berkunjung ke tempat tersebut. Kawah putih terletak di daerah Bandung Selatan, butuh waktu kurang lebih 4 jam dari cikarang untuk sampai ke tempat wisata kawah putih di Ciwidey, Bandung ini. Alhamdulillah kami berangkat sejak pagi, sehingga jalanan tidak terlalu macet, dan begitu sampai di kawah putih tidak terlalu terik, kawahnya telihat karena tidak ada kabut.

Dari cikarang, kami menyewa mobil untuk kami pakai seharian itu. Sesampainya di kawasan kawah putih, ada dua pilihan, parkir di bawah atau parkir di atas. Untuk biaya parkir di atas ditambah dengan uang masuk kawah putih untuk 7 orang  sekitar Rp. 225.000,- tapi jika kami parkir di bawah hanya menghabiskan Rp. 180.000,- (@ Rp.30.000,-) sudah termasuk tiket masuk dan transportasi ke atas. Untuk menuju ke atas kami melanjutkan dengan transportasi yang khusus disediakan untuk wisata kawah putih ini, yaitu Otang Anting. Otang anting ini berbentuk angkot yang sudah dimodifikasi, kanan kirinya dibuka, sehingga yang naik bisa meliat dan merasakan langsung pemandangan di sepanjang jalan menuju kawah putih. Tidak salah dinamakan otang anting, karena kita yang berada di dalamnya seperti sedang naik roller coaster. Selain karena jalannya yang menanjak dan berkelok2, supir ontang anting ini “sepertinya” secara sepakat untuk mengendarai otang antingnya dengan kencang, seperti halnya roller coaster. Saking terpukaunya, sepanjang perjalanan saya tidak berani melepaskan tangan dari tiang pegangan, apalagi untuk mengambil dokumentasi. Ade saya sampai nyesal, kenapa tidak bawa mobilnya saja ke atas. Sebenarnya saya menikmati pengalaman ini, karena inilah yang namanya berwisata, kita menemukan hal dan pengalaman yang baru, selain itu kita juga membantu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitar daerah wisata ini.


Alhamdulillah setelah sekitar 10 menitan di dalam otang anting kami tiba di kawah putih. Hal yang pertama kali dilakukan orang yang baru pertama kali ke sana adalah foto2. Setelah itu kami mulai turun ke arah kawah. Upst, sebelum turun jangan lupa pakai masker, semakin turun mendekati kawah, baunya semakin menyengat.. jangan lupa masker ya.






Ternyata tepat dinamakan Kawah Putih, karena pasir yang ada disekitar kawah ini berwarna putih, sementara airnya berwarna hijau tosca, cantik. Warna air hijau tosca ini kemungkinan besar dari lumpur yang berwarna hijau tosca. Selain melihat pemandangan kawah kita juga bisa berfoto2 dengan latar lereng bukit. Mashaallah indahnya.









 

Beruntungnya kami datang lebih pagi, karena semakin lama pengunjung yang datang pun sudah semakin banyak, mengingat ini weekend. Selain itu kabut pun sudah mulai turun, pemandangannya sudah tidak seindah kami datang tadi. Sudah 30 menitan kami berada di kawah, dan memang disarankan tidak berlama2 di kawah, belerang yang dihasilkan makin lama dapat membuat sesak. Ada satu peringatan lagi yang harus diperhatikan, yaitu jangan makan dan minum di dekat kawah. Sayangnya peringatan ini baru saya baca saat mau naik ke atas, keluar dari kawah. Selama di kawah karena belum sempat sarapan dan  lidah terasa kering, kami mengemil strawberry yang dibeli dari parkiran bawah tadi, upst.

Sambil menunggu suami shalat, kami mengantri di toilet. Fasilitas umum sudah cukup baik, hanya perlu perhatian lebih lagi untuk perawatannya. Sebelum turun ke parkiran bawah, kami foto2 dulu di pintu gerbang kawah putih..smile..
  

Tidak usah kuatir untuk mencari otang anting yang akan mengantarkan kita ke parkiran bawah. Ontang anting sudah antri untuk mengangkut penumpang, karena weekend tidak lama menunggu ontang anting penuh, ayo tarik mang..

Sampai di parkiran bawah, perut sudah kelaparan, daripada mencari makan di tempat lain (keburu nyeri ulu hati), kami memutuskan untuk makan di daerah parkiran bawah. Banyak pilihan makanan yang ada di sini, dari yang hanget2 seperti bakso dan teman2nya, tidak lupa juga gorengan, dan pastinya makanan sunda pun tersaji, nasi, lauk, sambel dan lalapan. Berhubung dari pagi belum makan, kami memilih makan nasi saja, lauknya bisa milih, mau ayam bakar, goreng, ikan, cumi, dll. Saya dan suami yang mentraktir makan siang ini, awalnya saya agak kuatir juga (takut budgetnya ga cukup), karena biasanya daerah wisata harga makanan jauh lebih mahal. Ternyata, harganya standar, sesuai lah rasa dengan harganya, Alhamdulillah.

Sebelum meluncur pulang, tidak lupa kami membeli oleh2. Di parkiran bawah ini banyak juga penjual oleh2, terutama khas Ciwidey yaitu Strawberry. Selain itu ada juga blackberry, kripik2 hasil olahan, dan yang menarik perhatian strawberry yang dilapisi coklat fountain..hmmm menggoda selera. Saran saya jika mau membeli oleh2, tawar saja setengah harga, penjualnya kan banyak, barang yang dijual pun serupa, pasti diantara penjual2 itu ada juga yang akan luluh dengan tawaran kita. Karena kami memborong strawberry, penjualnya sampai memberikan kami bonus lagi. Karena cuaca yang sejuk, selain bersih, strawberrynya pun terasa segar. Adeku sepertinya tergoda dengan coklat fountain, karena kasihan melihat mukanya, akhirnya saya menemani dia membeli strawberry salut coklat tersebut, dan rasanya tidak mengecewakan. Saya sarankan untuk mencoba coklat fountain ini, tidak usah banyak2 karena coklat ini hanya enak dimakan di tempat tersebut, sejuk dan segar.

Perjalanan kami lanjutkan, tadinya rencana mau ke Situ Patenggang, tempat syuting my heart sama ke kebun strawberry. Tapi, berhubung sudah capek dan waktu menunjukkan pukul 1 siang, akhirnya kami memutuskan untuk ke Bandung, Mal Paris Van Java we’re coming.

Pulangnya sedikit macet, jadi agak was2 juga, karena suami belum shalat Ashar. Jalanan macet menuju ke mal Paris Van Java, saya dan suami turun duluan, jalan kaki dan mencari mushala di mal tersebut. Selesai shalat kami janjian ketemuan dengan ade2 di Garden Ice, tempat main Ice Skating. Ini yang membuat mereka buru2 untuk sampai ke Bandung..hehe.


Sementara ade2 bermain skatting, saya dan suami jalan2 di Mal yang isinya barang2 branded ini, jadinya cuma cuci2 mata aja. Selesai shalat maghrib, saya mengajak suami untuk masuk ke pameran jajanan bandung. Jadi, ada ruangan yang disusun rapi dengan stan2 yang diisi oleh penjual2 makanan di bandung. Ini ajang promosi mereka, jadi kita bisa mencicipi tester yang sudah mereka sediakan. Karena jajanan yang ditawarkan harganya lumayan mahal, tester ini memang diperlukan. Saya dan suami hanya membeli kue rol kukus ketan hitam (saya lupa brandnya) untuk oleh2 buat papah. Dari tester yang kami coba rasanya lumayan, sesuai lah dengan harganya.









Waktu sudah malam, badan sudah terasa capek, arenanya lg dibersihkan, ade2ku pun sudah terlihat lelah bermain Ice Skating, dan perut lapar sudah berbunyi. Atas rekomendasi adeku yang promonya sampai bikin ngiler, kita makan di Bebek Goreng Ali (samping RS Boromeus, Bandung). 

Sesuai dengan cerita adeku (ternyata dia emang ga melebih2 kan), tempat makan ini penuh terus, sesampainya kami disana pun awalnya kami tidak dapat tempat duduk, terpaksa menunggu yang sudah selesai makan. Sambil berdiri kami memesan, setelah dapat tempat duduk pun saya kira bakal lama menunggu makanannya (biasanya kan lama), sebentar kami duduk, makanan kami pun tersajikan, dan panas, karena baru matang. Karyawannya kurang lebih 10 orang, ada yang bertugas menerima pesanan, memasak, menyiapkan makanan, membuat minuman, menyajikan, mengumpulkan piring kotor, mencuci piring dan gelas, mengelapnya, dan yang pasti bagian kasirnya, klo bagian ini pemiliknya. Selain pelayanannya cepat dan memuaskan, alhamdulillah ternyata rasanya pun enak (untuk orang yang tidak terlalu suka makan bebek), dan bikin ketagihan. Selain itu semua, yang saya rasa bikin tempat ini rame juga adalah harganya yang amat sangat terjangkau..hhmmm..recommended banget nih.


Untuk foto2 bebek diambil dari web (saking nikmatnya makan lupa foto2)

Setelah makan, kami meluncur ke Cikarang, sampai di rumah sudah, cape, ngantuk, kekenyangan. Alhamdulillah, weekend yang menyenangkan.